TUGAS KRITIK ARSITEKTUR

KRITIK ARSITEKTUR

 “Wisma Atlet Kemayoran”

 

A.                PENDAHULUAN

Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós – “yang membedakan”, kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités, artinya “orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”. Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan.

Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain. Adapun 3 metode Kritik Interpretif yaitu :

  1. Kritik Evokatif (Evocative)

Kritik Evokatif adalah kritik yang membangkitkan rasa, menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).

  1. Kritik Advokatif (Advocatory)

Kritik Advokatif adalah kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut. Kritik ini adalah kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu, kritikus juga membantu dalam melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek, sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempesona

  1. Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism)

Kritik Impresionis adalah kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru). Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya. Kritik ini dapat berbentuk narasi verbal puisi atau prosa (Verbal discourse), paduan kata (Caligramme), lukisan (Painting), imagi foto (Photo image), modifikasi bangunan (Modification of building), dan menampilkan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan (Cartoon).

Berdasarkan penjelasan mengenai metode – metode dalam kritik arsitektur di atas, pada pembahasan kritik arsitektur ini, penulis menggunakan metode kritik interpretif evokatif.

B.                 METODE

Metode kritik yang penulis gunakan adalah metode kritik interpretif evokatif. Evokatif sendiri memiliki arti menimbulkan dan membangkitkan. Ungkapan sebagai pengganti cara kita mencintai sebuah bangunan. Menggugah pemahaman intelektual kita atas makna yang dikandung bangunan. Membangkitkan emosi rasa kita dalam memperlakukan bangunan.

Kritik evokatif tidak perlu menyajikan argumentasi rasional dalam menilai bangunan. Kritik evokatif tidak dilihat dalam konteks benar atau salah tetapi makna yang terungkap dan pengalaman ruang yang dirasakan. Mendorong orang lain untuk turut membangkitkan emosi yang serupa sebagaimana dirasakan.

C.                PEMBAHASAN

Wisma Atlet Kemayoran ini terletak di daerah Sunter – Jakarta Utara. Bagunan wisma ini merupakan bangunan wisma yang dibangun oleh Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai pelaksana pembangunan proyek Wisma Atlet Kemayoran. Pada tahun 2018, bangunan Wisma Atlet Kemayoran ini digunakan sebagai salah satu fasilitas pendukung pada penyelenggaraan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 yang digunakan sebagai tempat tinggal (home base) para atlet-atlet Indonesia dan mancanegara.

WISMA KMYRN1.jpg

Wisma Atlet Kemayoran

 

Rencananya, Wisma Atlet Kemayoran akan dialihgunakan sebagai rumah susun sederhana sewa (rusunawa) pasca penyelenggaraan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018. Keputusan tersebut sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2016 tentang Dukungan Penyelenggaraan Asian Games XVIII Tahun 2018. Sejak awal keberadaan wisma atlet tersebut diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kendati demikian, keputusan final tentang alih guna itu ada di tangan Kementerian Sekretariat Negara.

Berkaitan dengan kemungkinan akan dikomersialisasikan atau diubah fungsinya menjadi rumah susun sederhana milik (rusunami), perlu ada perubahan pada aturan. Pasalnya, Inpres 2 Tahun 2016, regulasi lainnya adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara juga mengatur peruntukkan wisma tersebut sebagai rusunawa.  Dibangun dengan anggaran Rp 3,4 triliun, wisma atlet ini juga dilengkapi tempat parkir yang bisa menampung 190 bus, 186 mobil, dan 33 mini bus, termasuk sepeda dan sepeda motor di Blok C3. Adapun di Blok B8 terdapat area parkir yang bisa menampung 112 mobil dan 29 bus, serta sepeda dan sepeda motor.

Wisma Atlet Kemayoran ini terdiri atas sepuluh menara. Tujuh menara pertama berada di Blok D-10 yang terdiri atas 5.494 unit. Tak kurang dari 16.482 orang dapat ditampung pada tujuh tower ini. Sementara, tiga menara sisanya berada di Blok C-2 sebanyak 1.932 unit. Tiga tower ini dapat menampung 5.796 orang. Setiap unit memiliki luas 36 meter persegi, yang dilengkapi dengan dua kamar tidur. Pada masing-masing kamar tidur sudah terdapat kasur serta lemari yang bisa digunakan untuk menyimpan pakaian dan barang lainnya.

1.             Gaya Arsitektur pada Wisma Atlet Kemayoran

Pada bangunan Wisma Atlet Kemayoran ini memiliki gaya arsitektur modern yang memiliki desain yang dimana pada bangunan dengan gaya arsitektur modern ini memiliki karakteristik bangunan yang anti ornamen. Maksud dari anti ornamen adalah dikarenakan ornamen yang ada pada bangunan tidak memiliki fungsi baik secara struktur maupun nonstruktur, sehingga ornamen dihilangkan.

Maka bangunan-bangunan dengan langgam arsitektur modern menggunakan penekanan elemen vertikal dan horizontal pada bangunannya sebagai pengganti ornamen, guna menambah estetika dan keindahan bangunan. Arsitektur Modern mengedepankan kesederhanaan dalam olah bentuk bangunan dengan cara menonjolkan struktur bangunan. Jenis material yang digunakan diekspos secara polos, ditampilkan apa adanya. Terutama bahan yang digunakan adalah beton, baja dan kaca. Bangunan Arsitektur Modern menganut paham form follow function dimana bentuk yang dihasilkan mengikuti fungsi dari bangunan.

IMG-20190113-WA0151.jpg

 

Beberapa ciri arsitektur yang diterapkan pada bangunan Wisma Atlet Kemayoran yang berkaitan dengan arsitektur modern adalah  penekanan elemen vertikal dan horizontal pada bangunannya sebagai pengganti ornamen, guna menambah estetika dan keindahan bangunan. Dengan material beton dan penerapan warna-warna cerah yang mencirikan arsitektur modern. Pada bangunan Wisma Atlet Kemayoran ini menganut paham form follow function dimana bentuk yang dihasilkan mengikuti fungsi dari bangunan yang tidak memiliki bentuk bangunan yang rumit.

Bentuk bangunan menggunakan modul manusia (le corbusier) karena bangunan ditekankan pada fungsinya. Bentuk bersifat kubisme dan futuris, ruang yang tercipta sederhana dan apa adanya, karena dari situlah estetika berasal. Fleksibel yang menjadi nilai tambah tersendiri bagi sebuah ruang yang dapat memberi kesan dinamis dan adaptif. Secara struktural ruang harus terpisah antar akolom dan dindingnya (skins & bones).

 

Berdasarkan karakteristik arsitektur modern yang diterapkan pada bangunan Wisma Atlet Kemayoran adalah sebagai berikut:

  • Bentuk dari adalah seperti persegi panjang dengan tambahan bukaan jendela yang proporsi sehingga bentuk menjadi monoton karena tidak diolah. Hal ini disebabkan karena gaya arsitektur modern yang mengikuti fungsi.

 

WISMA KMYRN2.png

 

  • Penambahan ornamen dianggap suatu halyang tidak efisien. Karena dianggap tidak memiliki fungsi, bangunan Wisma Atlet Kemayoran ini mengikuti prinsip tidak menggunakan ornamen.

 

WISMA KMYRN 3.jpg

 

  • Jenis bahan / material yang digunakan diekspos secara polos, ditampilkan apa adanya.Terutama bahan yang digunakan adalah beton.

 

WISMA KMYRN 4.jpg

 

 

2.             Nilai Estetika Formal Pada Bangunan Wisma Atlet Kemayoran

Pada bangunan Wisma Atlet Kemayoran ini memiliki nilai estetika yang berkaitan dengan gaya arsitektur modern adalah sebagai berikut:

  • Tingkatan atau hierarki pada fasad bangunan Wisma Atlet Kemayoran tidak Hal ini karena semua bagian memilik inilai yang sama. Penggunaan tipe jendela yang sama sehingga tidak menimbulkan penekanan.

WISMA KMYRN 5.jpg

 

  • Pengaplikasian unsur perulangan pada bangunan Wisma Atlet Kemayoran dapat ditemukan pada pemilihan warna pada fasad bangunan. Fasad bangunan yang menggunakan berbagai macam warna yang diulang pada beberapa bagian. Irama terbentuk dari perulangan penggunaan warna, perulangan penggunaan material bangunan dan bentuk jendela.

WISMA KMYRN 6.jpg

 

 

3.             Fasilitas Ruang Pada Wisma Atlet Kemayoran

Untuk fungsi ruang pada bangunan Wisma Atlet Kemayoran ini ditekankan pada fungsi kegiatan yang ada. Karena tujuan awal dibangun wisma atlet ini untuk menampung para atlet yang mengikuti kegiatan Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 ini maka fungsi pada fasilitas ruang yang ada lebih ditekankan pada kebutuhan para atlet dalam beristirahat setelah mengikuti pertandingan. Wisma Atlet dibuat senyaman mungkin agar para atlet dapat merelaksasikan dirinya pasca pertandingan.

 

 

 

 

Untuk atlet yang memiliki keterbatasan (disibilitas) disediakan ramp yang dapat memudahkan sirkulasi di dalam bangunan wisma. Terdapat juga tangga vertikal dan fasilitas lift

 

Fasiliats jogging track juga disediakan untuk para atlet selama di wisma. Untuk mengisi kegiatan sebelum memulai pertandingan, sekedar untuk pemanasan sebelum memulai pertandinga. Pada landscape area jogging track ini tertata dengan baik dan rapih dengan komponen landscape dengan penataan tata ruang luar yang baik. Block-block pada area jogging track ini juga dilengkapi oleh penanda bagi disabilitas sehingga dapat jogging track ini juga dapat digunakan oleh penggunan disibilitas.

 

 

D.  KESIMPULAN

Wisma Atlet Kemayoran memiliki bentuk bangunan dengan gaya arsitektur mordern. yang memiliki desain yang dimana pada bangunan dengan gaya arsitektur modern ini memiliki karakteristik bangunan yang anti ornamen. Maksud dari anti ornamen adalah dikarenakan ornamen yang ada pada bangunan tidak memiliki fungsi baik secara struktur maupun nonstruktur, sehingga ornamen dihilangkan.

Maka bangunan-bangunan dengan langgam arsitektur modern menggunakan penekanan elemen vertikal dan horizontal pada bangunannya sebagai pengganti ornamen, guna menambah estetika dan keindahan bangunan. Arsitektur Modern mengedepankan kesederhanaan dalam olah bentuk bangunan dengan cara menonjolkan struktur bangunan. Jenis material yang digunakan diekspos secara polos, ditampilkan apa adanya. Terutama bahan yang digunakan adalah beton, baja dan kaca. Bangunan Arsitektur Modern menganut paham form follow function dimana bentuk yang dihasilkan mengikuti fungsi dari bangunan.

 

Leave a comment